Minggu, 09 Maret 2014



ORIENTASI BARU DALAM BIDANG PENDIDIKAN

Pengantar
Untuk melihat dan meninjau orientasi baru dalam  bidang pendidikan terdahulunya diawali dengan sebuah  ilustrasi yang bisa membantu bahkan menggugah para guru dan akademisi di bidang pendidikan agar mampu berpijak pada landasan yang benar dalam menata bidang pendidikan yang berwajah baru sesuai dengan hakekat dan tujuan pendidikan nasional pada umumnya. Adapun ilustrasi adalah sebagai berikut: “Ketika para guru, dan akademisi di bidang  pendidikan  berkumpul, murid-murid bertanya: untuk apa mereka berdiskusi tentang pendidikan? Apakah untuk mempersiapkan masa depan kami?” Ilustrasi ini sangat menantang agar setiap insan  pendidik semestinya sadar akan panggilan dan  tanggung jawabnya sebagai pendidik.

Orientasi baru dalam dunia pendidikan berakar pada prinsip filosofis tentang hakikat anak manusia yang dilengkapi dengan aspek  fisik (keragaan) dan psikis (jiwa).  Kedua aspek ini menjadi dasar bagi terbentuknya/lahir dan berkembang aspek yang lain. Aspek fisik dan psikis mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Istilah pertumbuhan dan perkembangan seringkali digunakan secara bersamaan bahkan bergantian, seolah-olah keduanya memiliki pengertian dan makna yang sama karena menunjukkan adanya suatu proses perubahan tertentu yang mengarah pada suatu kemajuan. Pertumbuhan merupakan perubahan dalam aspek jasmani seperti berubahnya struktur tulang, tinggi dan berat badan, proporsi badan, dan semakin sempurnya jaringan syaraf. Dengan kata lain, pertumbuhan itu lebih bersifat kuantitatif dan terbatas pada perubahan fisik yang dialami individu sebagai proses kematangan.  Pertumbuhan terjadi akibat kematangan dan belajar. Perkembangan merupakan suatu proses dalam kehidupan manusia yang berlangsung secara terus menerus sejak masa konsepsi sampai akhir hayat. Perkembangan juga diartikan sebagai perubahan yang dialami oleh seorang individu menuju tingkat kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan baik menyangkut aspek fisik maupun psikis.
·         Sistematis menunjukkan bahwa antara bagian-bagian organisme perubahan dalam perkembangan itu bersifat saling bergantung dan saling mempengaruhi.
·         Progresif menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat, dan mendalam (meluas) baik secara kuantitatif (fisik) maupun kualitatif (psikis).
·         Berkesinambungan berarti bahwa perubahan terjadi pada bagian atau fungsi organisme itu berlangsung secara bertahap dan berurutan serta berkelanjutan.
.           Perkembangan awal merupakan dasar bagi perkembangan selanjutnya. Dengan kata lain, peletakan  landasan utama dalam pendidikan dan perkembangan anak  pada usia dini akan menentukan arah  masa depan anak dengan tepat.  Dambaan Ortu: anak sehat, cerdas, ceria, dan berakhlak mulia. Dambaan setiap orang tua akan terwujud jika memperhatikan perkembangan awal dari setiap anak yang dikandungnya. Akan  tetapi jika orang tua salah menentukan dan meletakkan pendidikan dan  memperhatikan  perkembangan anak pada saat awal maka akan sulit untuk mengembalikan ke arah yang diinginkan setelah anak menjadi dewasa.  

v  Bagaimana  anak tumbuh dan berkembang?

 Hakikatnya adalah ketika anak dilahirkan sedangkan hakikat pendidikan adalah pendidikan pra janin. Semenjak janin dalam kandungan telah terjadi proses perkembangan dan pendidikan. Misalnya Ketika anak merespons segala sesuatu yang datang dari luar kandungan .Karena itu anak-anak adalah sesuatu yg berharga bagi orang tua. Kalau bicara hakikat anak maka kita melihat tumbuh kembang anak.
v  Hubungan pertumbuhan dan perkembangan
Apabila pertumbuhan mencapai masa kematangan maka perkembangan akan terjadi  dengan lebih cepat. Pertumbuhan ada dalam perkembangan tetapi pertumbuhn ada batas waktunya sedangkan perkembangan akan berlanjut terus menerus sampai akhir hayat hidup seseorang.
v  Orientasi baru dalam psikologi pendidikan
Orientasi dalam psikologi pendidikan  mengacu kepada beberapa teori perkembangan manusia. Adapun keempat teori tersebut adalah sebagai berikut:

·         Maturasional dan biologis
 Teori ini menekankan pentingnya pengaruh biologis pada perkembangan dan mendatangkan pengaruh besar bagi praktik-praktik  pengasuhan. Maturasional dan biologis ini mempengaruhi perubahan generasi.
·         Psikodinamika
Yaitu model yang berpegang pada asumsi bahwa perkembangan merupakan hasil dari adanya kebutuhan untuk memuaskan insting-insting secara terus menerus.(mekanisme pertahanan diri)
·         Behavioral
Model ini menyatakan bahwa perkembangan adalah hasil dari beragam jenis pembelajaran, peniruan (imitation) dan pemodelan (modeling).
·         Kognitif-developmental
Model ini berfokus pada peralihan antara berbagai tahapan perkembangan yang berbeda dan memandang manusia sebagai  peserta aktif dalam proses perkembangan. Didalam orientasi psikologi pendidikn lebih pada pendekatan teori kognitif developmental.
PSIKOLOGI
Psikologi dari bahasa  Yunani Kuno. Psyche: jiwa, roh atau nafas hidup. Logos:ilmu atau jiwa. Secara harafiah/etimologi psikologi berarti ilmu/studi tentan g jiwa, roh, atau nafas hidup/sukma
v  Definisi psikologi menurut para ahli

·         Mussen & Rosenzwleg (1975),  psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.
·         Crow & Crow. Tingkah laku manusia yaitu interaksi manusia dengan dunia sekitarnya baik yang berupa manusia lain (human relationship) maupun yang bukan manusia seperti hewan, iklim, kebudayaan, dsb.
·         Sartain

v  Bidang/cabang kajian psikologi

·         Psikologi teoritis
·         Praktis: psikologi pendidikan, klinis, kriminal, dan industri.
·         Umum
·         Khusus

v  .Psikologi pendidikan:
·         Mempelajari dan mengkaji perubahan-perubahan intra individual dan perubahan-perubahan inter individual dalam situasi pendidikan.
·         Psikolgi pendidikan diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku individu dalam proses pendidikan dan pembelajaran
·         Kajian psikologi pendidikan dikhususkan pada proses pembelajaran yang terjadi pada manusia.
·         Sebagai pendidik, guru perlu mengetahui perubahan-perubahan fisik, mental dan sosioemosional yang berpengaruh  terhadap gaya belajar, dorongan serta peristiwa belajar yang dialami olh peserta didik.
·         Dengan memahami psikologi, dapat memudahkan pendidik dalam memodifikasi perangsang-perangsang pendidik dan pembelajaran yang sesuai

v  Pendidikan
Hakekat:
·         Arti: ilmu, pendidikan, ilmu pendidikan.
·         Pendidikan sebagai ilmu teoritis dan praktis.

Ø  Ilmu berarti sesuatu yang telah diuji kebenarannya dan mencakup hal-hal yang teramati
Ø  Ciri-ciri:  objek, metode, sistematis, berguna, dan universal.
Pendidikn: aktivitas yg sengaja & terencana dari orang dewasa bertujuan memandirikan fisik dan mental (dewasa-rohaniah)
Ø  Ilmu pendidikn:  lmu yg mempelajari hal/peristiwa yang timbul dalam praktek pendidikan.
Ø  Sifat:terbuka, teoritis, praktis, normatif, dan deskriptif.
Bimbingan
Pembelajaran    Peserta didik & guru   pelatihan
v  Definisi
·         Pembelajaran: transfer pendidikan, dimana guru dan murid secara bersama-sama aktif dalam proses pembelajaran
·         Pelatihan:  Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran maka diadakan pelatihan supaya lebih terampil.
·         Bimbingan: Setiap proses pembelajaran di dalamnya terdapat layanan bimbingan yaitu membimbing para siswa agar mampu mencapai tujuan pembelajaran pada khususnya dan tujuan pendidikan pada umumnya. Jadi bimbingan bukan menunggu adanya masalah tetapi sebelum terjadi masalah para siswa harus dibimbing oleh gurunya/pendidik.

v  Perbedaan istilah Paedagogie: pendidikan dan  Paedagogik: ilmu pendidikan .
Beragam makna pendidikn
·         Pendidikan sebagai transformasi budaya. Pendidikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain.
·         Pendidikan sebagai proses pembentukkan pribadi. Pndidikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis
v  Istilah yang terdapat dalam dunia pendidikan  yaitu:
·         Mendidik adalah memimpin anak
·         Mengajar adalah proses pemindahan pengetahuan
·         Belajar adalah proses perubahan prilaku
·         Pembelajaran adalah membantu orang belajar sehingga memudahkan orang untuk belajar.
Menurut Gagne & Briggs dalam proses pembelajaran guru berperan sebagai fasilitator
Ciri perubahan tingkah laku dalam belajar adalah terjadi secara sadar, kontinu dan fungsional, positif dan aktif, tidak bersifat sementara, bertujuan dan  terarah  serta mencakup seluruh aspek tingkah  laku.
Kebutuhan pendidikan bagi manusia:
·         Pendidikan berfungsi memanusiakan manusia merupakan kegiatan antr manusia yaitu oleh dan untuk manusia. Hanya manusia yang secara sadar melaksanakannya untuk manusia lainnya.
·         Binatang tidak perlu dan dapat dididik. Hanya didorong dan dilatih hingga dapat mengerjakan sesuatu bersifat statis.
·         Manusia sangat membutuhkan bimbingan dan pendidikan.
Dimensi manusia & kebutuhan pendidik
·         Filosofis: manusia tidak berhenti berfikir. Hanya manusia yang dapat/mampu berilmu melalui pemikiran  yang  berulang-ulang,  mendasar,  komprehensif tentang sesuatu yang  sudah diketahui atau belum
·         Makhluk individu: dapat mejadikan dirinya seoptimal sesuai dengan bakat tanpa merugikan orang lain.
·         Makhluk sosial: dapat bertingkah laku sesuai dengan  nilai, norma & aturan yg berlaku.
·         Makhluk  beragama: dapat mentaati ajaranNya & meninggalkan  laranganNya, pandai bersyukur, aktif  bekerja (usaha/ikhtiar) dan berdoa.

v  Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan
The four pillars of Education (UNESCO, 1997). Yaitu terdiri dari:
·         Learning to know: semua yang diketahui dan keterampilan
·         Learning to do (belajar berkarya) dan prilaku berkarya
·         Learning to live together: belajar hidup bersama di dalam perbedaan
·         Learning to be: pengembangan kepribadian



Kumpulan Bahan dan Tugas

ORIENTASI BARU DALAM BIDANG PENDIDIKAN

Pengantar
Untuk melihat dan meninjau orientasi baru dalam  bidang pendidikan terdahulunya diawali dengan sebuah  ilustrasi yang bisa membantu bahkan menggugah para guru dan akademisi di bidang pendidikan agar mampu berpijak pada landasan yang benar dalam menata bidang pendidikan yang berwajah baru sesuai dengan hakekat dan tujuan pendidikan nasional pada umumnya. Adapun ilustrasi adalah sebagai berikut: “Ketika para guru, dan akademisi di bidang  pendidikan  berkumpul, murid-murid bertanya: untuk apa mereka berdiskusi tentang pendidikan? Apakah untuk mempersiapkan masa depan kami?” Ilustrasi ini sangat menantang agar setiap insan  pendidik semestinya sadar akan panggilan dan  tanggung jawabnya sebagai pendidik.

Orientasi baru dalam dunia pendidikan berakar pada prinsip filosofis tentang hakikat anak manusia yang dilengkapi dengan aspek  fisik (keragaan) dan psikis (jiwa).  Kedua aspek ini menjadi dasar bagi terbentuknya/lahir dan berkembang aspek yang lain. Aspek fisik dan psikis mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Istilah pertumbuhan dan perkembangan seringkali digunakan secara bersamaan bahkan bergantian, seolah-olah keduanya memiliki pengertian dan makna yang sama karena menunjukkan adanya suatu proses perubahan tertentu yang mengarah pada suatu kemajuan. Pertumbuhan merupakan perubahan dalam aspek jasmani seperti berubahnya struktur tulang, tinggi dan berat badan, proporsi badan, dan semakin sempurnya jaringan syaraf. Dengan kata lain, pertumbuhan itu lebih bersifat kuantitatif dan terbatas pada perubahan fisik yang dialami individu sebagai proses kematangan.  Pertumbuhan terjadi akibat kematangan dan belajar. Perkembangan merupakan suatu proses dalam kehidupan manusia yang berlangsung secara terus menerus sejak masa konsepsi sampai akhir hayat. Perkembangan juga diartikan sebagai perubahan yang dialami oleh seorang individu menuju tingkat kedewasaan atau kematangan yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan baik menyangkut aspek fisik maupun psikis.
·         Sistematis menunjukkan bahwa antara bagian-bagian organisme perubahan dalam perkembangan itu bersifat saling bergantung dan saling mempengaruhi.
·         Progresif menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat, dan mendalam (meluas) baik secara kuantitatif (fisik) maupun kualitatif (psikis).
·         Berkesinambungan berarti bahwa perubahan terjadi pada bagian atau fungsi organisme itu berlangsung secara bertahap dan berurutan serta berkelanjutan.
.           Perkembangan awal merupakan dasar bagi perkembangan selanjutnya. Dengan kata lain, peletakan  landasan utama dalam pendidikan dan perkembangan anak  pada usia dini akan menentukan arah  masa depan anak dengan tepat.  Dambaan Ortu: anak sehat, cerdas, ceria, dan berakhlak mulia. Dambaan setiap orang tua akan terwujud jika memperhatikan perkembangan awal dari setiap anak yang dikandungnya. Akan  tetapi jika orang tua salah menentukan dan meletakkan pendidikan dan  memperhatikan  perkembangan anak pada saat awal maka akan sulit untuk mengembalikan ke arah yang diinginkan setelah anak menjadi dewasa.  

v  Bagaimana  anak tumbuh dan berkembang?

 Hakikatnya adalah ketika anak dilahirkan sedangkan hakikat pendidikan adalah pendidikan pra janin. Semenjak janin dalam kandungan telah terjadi proses perkembangan dan pendidikan. Misalnya Ketika anak merespons segala sesuatu yang datang dari luar kandungan .Karena itu anak-anak adalah sesuatu yg berharga bagi orang tua. Kalau bicara hakikat anak maka kita melihat tumbuh kembang anak.
v  Hubungan pertumbuhan dan perkembangan
Apabila pertumbuhan mencapai masa kematangan maka perkembangan akan terjadi  dengan lebih cepat. Pertumbuhan ada dalam perkembangan tetapi pertumbuhn ada batas waktunya sedangkan perkembangan akan berlanjut terus menerus sampai akhir hayat hidup seseorang.
v  Orientasi baru dalam psikologi pendidikan
Orientasi dalam psikologi pendidikan  mengacu kepada beberapa teori perkembangan manusia. Adapun keempat teori tersebut adalah sebagai berikut:

·         Maturasional dan biologis
 Teori ini menekankan pentingnya pengaruh biologis pada perkembangan dan mendatangkan pengaruh besar bagi praktik-praktik  pengasuhan. Maturasional dan biologis ini mempengaruhi perubahan generasi.
·         Psikodinamika
Yaitu model yang berpegang pada asumsi bahwa perkembangan merupakan hasil dari adanya kebutuhan untuk memuaskan insting-insting secara terus menerus.(mekanisme pertahanan diri)
·         Behavioral
Model ini menyatakan bahwa perkembangan adalah hasil dari beragam jenis pembelajaran, peniruan (imitation) dan pemodelan (modeling).
·         Kognitif-developmental
Model ini berfokus pada peralihan antara berbagai tahapan perkembangan yang berbeda dan memandang manusia sebagai  peserta aktif dalam proses perkembangan. Didalam orientasi psikologi pendidikn lebih pada pendekatan teori kognitif developmental.
PSIKOLOGI
Psikologi dari bahasa  Yunani Kuno. Psyche: jiwa, roh atau nafas hidup. Logos:ilmu atau jiwa. Secara harafiah/etimologi psikologi berarti ilmu/studi tentan g jiwa, roh, atau nafas hidup/sukma
v  Definisi psikologi menurut para ahli

·         Mussen & Rosenzwleg (1975),  psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.
·         Crow & Crow. Tingkah laku manusia yaitu interaksi manusia dengan dunia sekitarnya baik yang berupa manusia lain (human relationship) maupun yang bukan manusia seperti hewan, iklim, kebudayaan, dsb.
·         Sartain

v  Bidang/cabang kajian psikologi

·         Psikologi teoritis
·         Praktis: psikologi pendidikan, klinis, kriminal, dan industri.
·         Umum
·         Khusus

v  .Psikologi pendidikan:
·         Mempelajari dan mengkaji perubahan-perubahan intra individual dan perubahan-perubahan inter individual dalam situasi pendidikan.
·         Psikolgi pendidikan diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku individu dalam proses pendidikan dan pembelajaran
·         Kajian psikologi pendidikan dikhususkan pada proses pembelajaran yang terjadi pada manusia.
·         Sebagai pendidik, guru perlu mengetahui perubahan-perubahan fisik, mental dan sosioemosional yang berpengaruh  terhadap gaya belajar, dorongan serta peristiwa belajar yang dialami olh peserta didik.
·         Dengan memahami psikologi, dapat memudahkan pendidik dalam memodifikasi perangsang-perangsang pendidik dan pembelajaran yang sesuai

v  Pendidikan
Hakekat:
·         Arti: ilmu, pendidikan, ilmu pendidikan.
·         Pendidikan sebagai ilmu teoritis dan praktis.

Ø  Ilmu berarti sesuatu yang telah diuji kebenarannya dan mencakup hal-hal yang teramati
Ø  Ciri-ciri:  objek, metode, sistematis, berguna, dan universal.
Pendidikn: aktivitas yg sengaja & terencana dari orang dewasa bertujuan memandirikan fisik dan mental (dewasa-rohaniah)
Ø  Ilmu pendidikn:  lmu yg mempelajari hal/peristiwa yang timbul dalam praktek pendidikan.
Ø  Sifat:terbuka, teoritis, praktis, normatif, dan deskriptif.
Bimbingan
Pembelajaran    Peserta didik & guru   pelatihan
v  Definisi
·         Pembelajaran: transfer pendidikan, dimana guru dan murid secara bersama-sama aktif dalam proses pembelajaran
·         Pelatihan:  Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran maka diadakan pelatihan supaya lebih terampil.
·         Bimbingan: Setiap proses pembelajaran di dalamnya terdapat layanan bimbingan yaitu membimbing para siswa agar mampu mencapai tujuan pembelajaran pada khususnya dan tujuan pendidikan pada umumnya. Jadi bimbingan bukan menunggu adanya masalah tetapi sebelum terjadi masalah para siswa harus dibimbing oleh gurunya/pendidik.

v  Perbedaan istilah Paedagogie: pendidikan dan  Paedagogik: ilmu pendidikan .
Beragam makna pendidikn
·         Pendidikan sebagai transformasi budaya. Pendidikan sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain.
·         Pendidikan sebagai proses pembentukkan pribadi. Pndidikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis
v  Istilah yang terdapat dalam dunia pendidikan  yaitu:
·         Mendidik adalah memimpin anak
·         Mengajar adalah proses pemindahan pengetahuan
·         Belajar adalah proses perubahan prilaku
·         Pembelajaran adalah membantu orang belajar sehingga memudahkan orang untuk belajar.
Menurut Gagne & Briggs dalam proses pembelajaran guru berperan sebagai fasilitator
Ciri perubahan tingkah laku dalam belajar adalah terjadi secara sadar, kontinu dan fungsional, positif dan aktif, tidak bersifat sementara, bertujuan dan  terarah  serta mencakup seluruh aspek tingkah  laku.
Kebutuhan pendidikan bagi manusia:
·         Pendidikan berfungsi memanusiakan manusia merupakan kegiatan antr manusia yaitu oleh dan untuk manusia. Hanya manusia yang secara sadar melaksanakannya untuk manusia lainnya.
·         Binatang tidak perlu dan dapat dididik. Hanya didorong dan dilatih hingga dapat mengerjakan sesuatu bersifat statis.
·         Manusia sangat membutuhkan bimbingan dan pendidikan.
Dimensi manusia & kebutuhan pendidik
·         Filosofis: manusia tidak berhenti berfikir. Hanya manusia yang dapat/mampu berilmu melalui pemikiran  yang  berulang-ulang,  mendasar,  komprehensif tentang sesuatu yang  sudah diketahui atau belum
·         Makhluk individu: dapat mejadikan dirinya seoptimal sesuai dengan bakat tanpa merugikan orang lain.
·         Makhluk sosial: dapat bertingkah laku sesuai dengan  nilai, norma & aturan yg berlaku.
·         Makhluk  beragama: dapat mentaati ajaranNya & meninggalkan  laranganNya, pandai bersyukur, aktif  bekerja (usaha/ikhtiar) dan berdoa.

v  Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan
The four pillars of Education (UNESCO, 1997). Yaitu terdiri dari:
·         Learning to know: semua yang diketahui dan keterampilan
·         Learning to do (belajar berkarya) dan prilaku berkarya
·         Learning to live together: belajar hidup bersama di dalam perbedaan
·         Learning to be: pengembangan kepribadian




MANAJEMEN PENILAIAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
A.    Hakikat Penilaian Pendidikan Anak Usia Dini
·         Pengertian Penilaian
Penilaian merupakan suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan kurikulum, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti autentik, akurat dan konsisten.
·         Tujuan Penilaian
Secara umum tujuan penilaian adalah:
a.       Memperoleh umpan balik (feed back) dari kegiatan yang telah dilaksanakan.
b.      Sebagai informasi untuk melaksanakan kegiatan berikutnya
c.       Mengetahui efektivitas kegiatan yang dilaksanakan, sebagai umpan balik dan perbaikan program kegiatan berikutnya.
Berdasarkan pengertian dan tujuan penilaian maka hakikat penilaian pendidikan adalah untuk:
Ø  Mengetahui tingkat pencapai kompetensi selama dan setelah proses pembelajaran berlangsung.
Ø  Memberikan umpan balik bagi anak didik agar mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi.
Ø  Memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami anak didik sehingga dapat dilakukan pengayaan dan remedial.
Ø  Memberikan umpan balik bagi guru dalam memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan, dan sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran.
Ø  Bahan pertimbangan guru dalam melakukan bimbingan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak didik secara optimal.
Ø  Bahan pertimbangan guru dalam menempatkan anak didik sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
Ø  Memberikan pilihan alternatif penilaian kepada guru.
Ø  Memberikan informasi kepada orang tua untuk melaksanakan pendidikan keluarga yang sesuai dan berkesinambungan dengan pembelajaran di PAUD.
Ø  Bahan masukan bagi berbagai pihak dalam pembinaan selanjutnya terhadap anak didik.
Ø  Menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan anak.
Hakikat penilaian pendidikan anak usia dini dilandasi oleh berbagai pandangan baik landasan psikologis, didaktis pedagogis, maupun landasan administratif yang dilihat dari sisi peserta didik dan guru.
B.     Model Penilaian Pendidikan Anak Usia Dini
Penilaian pendidikan anak usia dini dapat dilakukan antara lain melalui penilaian unjuk kerja, observasi, anecdotal record, pemberian tugas, percakapan, skala bertingkat, dan  portofolio.
1)      Penilaian Unjuk Kerja
Penilaian unjuk kerja dilakukan berdasarkan tugas anak didik dalam melakukan perbuatan yang diamati, misalnya berdoa, bernyanyi, dan berolahraga.
2)      Observasi
Observasi adalah cara pengumpulan data untuk mendapatkan informasi melalui pengamatan langsung terhadap sikap dan perilaku anak.  Untuk itu dibutuhkan pedoman yang mengacu pada indikator yang telah ditetapkan dan sesuai dengan tujuan pendidikan dalam setiap bidang pengembangan. Menurut cara dan tujuannya, observasi dapat dibedakan sebagai pengamatan partisipatif, pengamatan sistematis, dan pengamatan eksperimental.
3)      Anecdotal Record
Anecdotal Record atau catatan anekdot merupakan kumpulan catatan peristiwa-peristiwa penting tentang sikap dan perilaku anak dalam situasi tertentu. Catatan ini digunakan untuk mengetahui kreativitas anak dan ditafsirkan oleh guru sebagai bahan penilaian setiap akhir semester. Berbagai bentuk catatan anecdotal record:
·         Bentuk evaluatif
·         Bentuk pernyataan
·         Bentuk interpretatif
·         Bentuk tafsiran
·         Bentuk deskripsi umum
·         Berupa catatan dan pernyataan umum tentang prilaku anak dalam situasi tertentu.
·         Bentuk deskripsi khusus
·         Berupa catatan khusus tentang prilaku anak dalam situasi khusus
4)      Pemberian Tugas
Pemberian tugas merupakan cara penilaian berupa tugas yang harus dikerjakan anak didik dalam waktu tertentu baik secara perorangan maupun kelompok.
5)      Percakapan
Percakapan merupakan pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber informasi yang dilakukan dengan dialog (tanya jawab). Penilaian percakapan ada dua jenis yaitu penilaian percakapan terstruktur (dilakukan sengaja oleh guru dengan menggunakan waktu khusus dan menggunakan suatu pedoman walaupun sederhana) dan tidak terstruktur (menilai percakapan antara anak dengan guru tanpa dipersiapkan terlebih dahulu).
6)      Skala Bertingkat
Skala bertingkat merupkan penilaian yang memuat daftar kata-kata atau persyaratan mengenai tingkah laku, sikap, dan atau kemampuan peserta didik. Skala penilaian bisa berbentuk bilangan, huruf, dan ada yang berbentuk uraian.
7)      Portofolio
Portofolio adalah kumpulan tugas dan pekerjaan seseorang secara sistematis. Portofolio digunakan untuk mengukur prestasi belajar anak yang bertumpu pada perbedaan individual.

C.    Prosedur Penilaian Pendidikan Anak Usia Dini
Penilaian pendidikan anak usia dini dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
1.      Merumuskan Kegiatan
Kegiatan yang akan dilakukan guru harus tergambar pada program yang dibuatnya yaitu dalam bentuk Satuan Kegiatan Harian (SKH) maupun Satuan Kegiatan Mingguan (SKM). Dari SKH tersebut dapat ditetapkan alat penilaian mana yang akan digunakan setelah proses pembelajaran berlangsung untuk mengukur kegiatan dan kemampuan yang telah ditetapkan dalam SKH.


2.      Menyiapkan Alat Penilaian
Alat penilaian yang digunakan guru dapat dibuat sendiri atau menggunakan yang sudah ada yang dibuat oleh orang lain. Pemakaian alat penilaian disesuaikan dengan indikator hasil belajar yang telah ditetapkan dalam SKH. Penggunaan alat penilaian juga pada suatu ketika dimanfaatkan sebagai alat permainan sekaligus media pembelajaran.
3.      Menetapkan Kriteria Penilaian
Setelah menyiapkan alat penilaian selanjutnya guru menetapkan kriteria penilaian. Kriteria penilaian adalah patokan ukuran keberhasilan anak. Patokan digunakan untuk menetapkan nilai anak. Penetapan kriteria harus memperhatikan anak dan waktu yang disediakan untuk memiliki kemampuan tersebut. Kriteria ini ditetapkan saat guru selesai membuat alat penilaian dan sebelum digunakan. Kriteria penilaian juga dibuat dalam bentuk skala penilaian.

D.    Pelaporan Hasil Penilaian
Laporan penilaian merupakan kegiatan untuk menjelaskan hasil penilaian guru terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak yang meliputi pembentukkan prilaku dan kemampuan dasar. Tujuan pelaporan adalah memberikan penjelasan kepada orang tua dan pihak lain yang memerlukan informasi tentang pertumbuhan dan perkembangan serta hasil yang dicapai oleh anak selama mereka berada dalam PAUD.

E.     Mengomunikasikan Laporan Tertulis Secara Lisan
Pada waktu penyampaian laporan pendidikan secara tertulis dalam bentuk Buku Laporan (BLP) kepada orang tua/wali, guru/kepala sekolah juga diharapkan mengomunikasikannya secara lisan mengenai pertumbuhan dan perkembangan anak didik. Hal ini dapat dilakukan dengan cara bertatap muka secara langsung dengan orang tua/wali peserta didik secara perorangan maupun kelompok. Bisa juga gabungan keduanya, dimulai secara perorangan kemudian secara kelompok dan sebaliknya.






Manusia Individual Differences

1)      Siapakah Manusia?
Untuk menjawabi pertanyaan tentang hakikat  manusia sebagai individual differences, pertama-tama memahami tentang  siapakah mc itu? Bagaimana manusia hidup dalam keanekaragaman/perbedaan.
Manusia adalah makhluk Allah yang memiliki berbagai keistimewaan, diantaranya adalah kemampuan manusia untuk berpikir, merasa dan mempertimbangkan dalam rangka memecahkan berbagai masalah yang berkaitan dengan keberadaan dirinya, penyesuaian dirinya dengan lingkungan sosial dan lingkungan alam sehingga ia mampu mengendalikan dirinya dan mengendalikan lingkungan di sekitarnya. Keistimewaan yang ada pada manusia membuat ia unik/berbeda dari yang lain.  Dilihat dari perbedaan individu,  Woolfolk (2009:238) mengartikan variasi atau keanekaragaman indivu lebih pada penekanan faktor spesifik yang mempengaruhi perbedaan antar individu pada kebudayaan.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perbedaan antar individu dalam hidup  diantaranya adalah sosial ekonomi, budaya, ras, fisik n psikologis, agama dan faktor lain. Keanekaragaman ini harus bisa diterima. Yang harus dibatasi adalah perbedaan individu dalam proses pembelajaran.
2)      Sistem Pendidikan
Sistem Pendidikan meliputi:  pola pembelajaran-output-monitoring & evaluasi-outcome.
Pola pembelajaran harus mempertimbangkan/memperhatikan Individual differences karena perbedaan individual sangat mempengaruhi dalam bidang pendidikan. Untuk itu penting dibuat monitoring agar outcome/hasilnya sama. Kalau tidak bisa hidup dalam perbedaan maka kita tidak akan bisa  memiliki output yg sama.
3)      Prinsip Psikologi
 Anak bukan miniatur orang dewasa melainkan makhluk kecil yang memiliki potensi untuk berkembang. Makna hidup bersama tidak berarti seragam tetapi  saling menyesuaikan agar hasilnya sama.
Berdasarkan prinsip di atas muncul pertanyaan baru yaitu mengapa  harus ada pendidikan? jawaban terhadap pertanyaan ini dimulai dari merefleksi pesan moral ini yaitu “Tiada suatu pemberian apapun yang lebih utama dari orang tua kepada anak selain pendidik yang baik”. Mendidik dan memberikan tuntunan merupakan hadiah dan perhiasan terindah bagi AUD di masa emasnya (golden age).
4)      Faktor-faktor yang mempengaruhi keragaman individu
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keragaman individu, diantaranya:
·         Kebudayan (mutikultural)
·         Perbedaan kelas sosial ekonomi
·         Perbedaan etnik dan ras
·         Intelijensi
·         Bahasa
·         Keragaman perbedaan kemampuan (anak berkebutuhan khusus-disabilitas n masalah psikososial)
·         Keragaman pengaruh gender ( peran sosial di masyarakat)
·         Keragaman karena perbedaan kemampuan (anak kebutuhan khusus-Gifted and talented children). siswa cerdas istimewa
Siswa yang berkesulitan belajar kebanyakan sukar untuk diketahui karena itu banyak guru yang tidak tahu tentang keberadaan siswa yang berkesulitan belajar.

5)      Apa Yang Menjadi Orientasi Baru?
Yang menjadi orientasi baru dalam pendidikan yang mengedepankan perbedaan individu adalah konsep mengenai potensi bawaan yaitu  berbagai kemampuan yag dimiliki anak sejak konsepsi dan merupakan warisan genetik yang siap untuk ditumbuhkembangkan melalui pemberian stimulasi. Konsep yang ditawarkan dalam psikologi terkait potensi bawaan yaitu berkembang tanpa stimulasi (potensi anak berkembang biasa-biasa saja) dan berkembang secara OED (potensi anak berkembang optimal). Dengan demikian setiap anak mempunyai pola & irama perkembangan yang sangat individualis.  Untuk itu beri kesempatan yang berbeda untuk anak yang berbeda.(the right man and the right competences)


 
Ringkasn II: Peristiwa belajar

1)      Hakikat Belajar.
·         Belajar merupakan suatu proses
·         Belajar  merupakan proses yang membawa perubahan
·         Perubahan berupa kecakapan baru
·         Perubahan terjadi karena usaha. Karena itu belajar bukan karena mimpi tetapi sifat belajar itu menetap.
Dengan demikian belajar adalah proses perubahan tingkah laku. Di bawah ini merupakan analisis tentang hakikat belajar:

·         Proses karena bersifat kontinu dan integral. Aktivitas fisik dan psikis individual melalui pembiasaan.
·         Pengalaman, latihan (belajar yang paling benar adalah belajar seperti orang belajar naik sepeda)
·         Perubahan: dinamis, progresif (ada dinamika, berkembang, maju ke depan), arahnya positif (pendidikan), usaha sadar, disengaja & bertujuan). Prinsip “coca cola”berarti  dimana saja, kapan saja, dan siapa saja bisa belajar.
·         Tingkah laku: tingkah laku ada yang tampak/tidak tampak. (hasil dari belajar ada yang tampak dan tidak tampak).Tingkah laku dalam belajar harus nyata dalam perubahan tingkah laku dipandang dari aspek pribadi yaitu kognitif, afektif, psikomotorik. gabungannya: interaktif, kreatif. Disebut interaksi kreatif kalau kemampuan seseorang telah mencapai kematangan kognitif, afektif, dan prilaku.  Belajar dalam arti positif adalah untuk tujuan yang baik sedangkan belajar dalam arti negatif contohnya maling.

2)      Proses Internalisasi dalam Belajar

1)      Otak Manusia (Memory)
Proses internalisasi yaitu proses yang sifatnya relatif mantap dan menetapnya pengetahuan di dalam diri seseorang. Proses masuknya: short term memory (memori jangka pendek) menuju LTM (long term memory).  STM terjadi dalam proses pembelajaran. Setelah selesai pembelajaran maka informasi masuk dalam long term memory (memori jangka panjang). STM proses penerimaanya panjang dan terjadi dalam proses pembelajaran. Di dalam LTM terjadi pengolahan dan penyimpanan kemudian proses belajar secara individual. Proses pembelajaran penting ketika mendapat kesan pertama melalui media, gaya belajar. Apabila pengetahuan masuk dalam kondisi yang paling nyaman maka proses penyimpanannya juga akan baik begitu pun sebaliknya. Pusat penyimpanannya itu di LTM. walaupun proses belajar mengajar (PBM) sifatnya individual maka peran guru sangat penting dalam PBM. Kata kunci: “Di dalam pembelajaran penting seorang guru membuat kesan pertama entah melalui media ataukah gaya belajar”. Lalu mengapa ada kasus tertentu  terjadi lupa? karena pengetahuan yang masuk tidak tertata dengan baik.
2)      Transformasi Nilai dalam Proses Pembelajaran
Transformasi nilai dalam pembelajaran meliputi: Input-proses transformasi-output. Semua tindakan pendidikan harus dibuat dengan sadar dan disengaja serta bertujuan. Harapan  pendidik bahwa proses pendidikan yang meliputi aktivitas mendidik, melatih, dan membimbing harus mempunyai hasil sesuai dengan tujuan belajar. Nilai mula-mula dimiliki oleh pendidik melalui proses pembiasaan kepada peserta didik kemudian secara eksplisit nilai tersebut dimiliki oleh peserta didik.
Proses berikutnya adalah tentang “Imitasi-identifikasi-internalisasi”. Guru adalah contoh bagi anak, lalu anak membuat identifikasi. Proses identifikasi melahirkan  internalisasi pada anak. Anak menjiwai apa yang menjadi hasil tiruan melalui identifikasi tokoh gurunya. Sedangkan perbedaan individu dalam belajar yaitu tentang laju dan kecepatan belajar itu berbeda-beda maka intervensi pendidik pun berbeda. Untuk itu  beri kesempatan dan waktu berbeda sesuai kemampuan peserta didik.






MODEL PROBLEM BASED LEARNING SEBAGAI IMPLEMENTASI KONSEP PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI

TUGAS MATAKULIAH
ORIENTASI BARU DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN


Dosen Pengampu : Dr. YULIANI NURANI, M. Pd.










OLEH
ADRIANI TAMO INA TALU
NIM 7516130326

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2013


MODEL PROBLEM BASED LEARNING SEBAGAI IMPLEMENTASI KONSEP PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI


I.       PENDAHULUAN
Banyak kritik yang ditujukan pada cara guru mengajar yang terlalu menekankan pada penguasaan sejumlah informasi/konsep belaka. Penumpukan informasi/konsep pada subjek didik melalui satu arah seperti menuang air ke dalam sebuah gelas. Tidak dapat disangkal bahwa konsep merupakan suatu hal yang sangat penting namun bukan terletak pada konsep itu sendiri tetapi terletak pada bagaimana konsep itu dipahami oleh subjek didik. Pentingnya pemahaman konsep dalam proses belajar mengajar sangat mempengaruhi sikap, keputusan, dan cara-cara memecahkan masalah. Untuk itu yang terpenting terjadi belajar yang bermakna(Trianto,2007: 65).
 Menurut prasetyo ( ) Gejala umum yang terjadi pada siswa pada saat ini adalah malas berpikir. Mereka cenderung menjawab suatu pertanyaan dengan cara mengutip dari buku atau bahan pustaka lain tanpa mengemukakan pendapat atau analisisnnya terhadap pendapat tersebut. Bila keadaan ini berlangsung terus maka siswa atau mahasiswa akan mengalami kesulitan mengaplikasikan pengetahuan yang diperolehnya di kelas dengan kehidupan nyata. Dengan kata lain pelajaran di kelas adalah untuk memperoleh nilai ujian dan nilai ujian tersebut belum tentu relevan dengan tingkat pemahaman mereka. Oleh sebab itu model “PBL” dapat menjadi salah satu solusi untuk mendorong siswa atau mahasiswa berpikir dan bekerja ketimbang menghafal dan bercerita.
Dalam model PBL, fokus pembelajaran ada pada masalah yang dipilih sehingga pebelajar tidak saja mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut. Oleh sebab itu pebelajar tidak saja harus memahami konsep yang relevan dengan masalah yang menjadi pusat perhatian tetapi juga memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan dengan keterampilan menerapkan metode ilmiah dalam pemecahan masalah dan menumbuhkan pola berpikir kritis. Bila pembelajaran yang dimulai dengan suatu masalah apalagi kalau masalah tersebut bersifat kontekstual maka dapat terjadi ketidakseimbangan kognitif pada diri pebelajar. Keadaan ini dapat mendorong rasa ingin tahu sehingga memunculkan bermacam-macam pertanyaan di sekitar masalah. Misalnya pertanyaan apa yang dimaksud dengan, mengapa bisa terjadi? Bagaimana mengetahuinya?dstnya. Bila pertanyaan-pertanyaan tersebut telah muncul dalam diri pebelajar maka motivasi intrinsik mereka untuk belajar akan tumbuh. Pada kondisi tersebut diperlukan peran guru sebagai fasilitator untuk mengarahkan pebelajar tentang konsep apa yang diperlukan untuk memecahkan masalah. Dari paparan tersebut dapat diketahui bahwa penerapan PBL dapat mendorong siswa/mahasiswa inisiatif untuk belajar secara mandiri.
Pengalaman ini sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari dimana berkembangnya pola pikir dan pola kerja seseorang bergantung bagaimana dia membelajarkan dirinya. Lebih lanjut Arends (2004) dalam Trianto (2007)  mengatakan bahwa ada tiga hasil belajar yang diperoleh pebelajar yang diajar dengan PBL antara lain: pertama, inkuiri dan keterampilan melakukan pemecahan masalah. Kedua, belajar model peraturan orang dewasa. Ketiga, keterampilan belajar mandiri.
Prinsip-prinsip dasar dari PBL yang telah diuraikan di atas menjadi dasar dari teori dan menjadi prinsip penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa tetapi siswa harus membangun sendiri pengetahuan dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan dalam proses ini dengan memberi kesempatan siswa untuk menentukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri harus memanjat anak tangga tersebut.
Pelaksanaan pembelajaran psikologi pendidikan membutuhkan keterampilan guru dalam mengimplementasikan strategi dan model pembelajaran agar mampu menjembatani dalam upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar peserta didik.
Berhadapan dengan persoalan di atas,  muncul pertanyaan bagaimana menemukan cara yang terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan sehingga siswa dapat menggunakan dan mengingat lebih lama konsep tersebut. Bagaimana guru dapat berkomunikasi baik dengan siswanya. Bagaimana guru dapat membuka wawasan berpikir yang beragam dari seluruh siswa sehingga dapat mempelajari berbagai konsep dan cara mengaitkannya dalam kehidupan nyata. Bagaimana sebagai guru yang baik dan bijaksana mampu menggunakan model pembelajaran yang berkaitan dengan cara memecahkan masalah (problem solving) dalam pembelajaran anak usia dini?
Bermain peran merupakan salah satu implementasi dalam pembelajaran PAUD. Bermain peran sebagai solusi problema hidup. Selama main,anak-anak membuat pilihan-pilihan, mengomunikasikan pilihan-pilihan itu, dan mengikuti rencana-rencana mereka. Dalam semua area perkembangan, main peran memberikan stimulasi dan kesempatan untuk pertumbuhan dan perkembangan potensial. Main peran memberi kesempatan anak untuk mengatasi masalah dengan cara mereka sendiri.
Dengan demikian, pelaksanaan pembelajaran pada PAUD membutuhkan keterampilan guru dalam mengimplementasikan strategi dan model pembelajaran agar mampu menjembatani sekaligus meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa.

II.  PEMBAHASAN
2.1 Apa itu Model Pembelajaran Based Learning
2.1.1 Pengertian Model Pembelajaran
Secara khusus model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam pengertian lain, model juga diartikan sebagai barang atau benda tiruan dari benda sesungguhnya.
Dalam uraian selanjutnya, istilah model digunakan untuk menunjukkan pengertian yang pertama sebagai kerangka konseptual. Atas dasar pemikiran tersebut, yang disebut model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan serta melaksanakan aktivitas pembelajaran.
Dari uraian di atas maka  model pembelajaran merupakan kegiatan yang tertata secara sistematis sehingga tercipta perubahan yang aktif di dalam kelas yaitu antara guru dan siswa terjadi umpan balik sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Dengan demikian pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu atau memfasilitasi siswa dalam mempelajari atau mengalami sutu kemampuan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar.

2.1.2 Pengertian “Model Problem Based Learning”
Model Pembelajaran Berbasis Masalah dikembangkan untuk pertama kali oleh Howard Barrows pada awal tahun 70-an dalam pembelajaran Ilmu Pendidikan Medis di Southern Illionis University School Barrows (1980). Para siswa mempelajari berbagai kasus yang terjadi pada pasien yang mengidap penyakit kemudian mencari cara atau teknik penyembuhan yang harus dilakukan. Namun pada perkembangan selanjutnya model ini meluas pada pembelajaran ilmu Pengetahuan Alam di perguruan tinggi dan akhirnya dikembangkan di sekolah-sekolah menengah. Model pembelajaran berbasis masalah ini telah dikenal sejak zaman John Dewey.
Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, para ahli pembelajaran telah menyarankan penggunaan paradigma pembelajaran konstruktivistik untuk kegiatan belajar-mengajar di kelas. Dengan perubahan paradigma belajar tersebut terjadi perubahan pusat (fokus) pembelajaran dari belajar berpusat pada guru kepada belajar berpusat pada siswa. Dengan kata lain, ketika mengajar di kelas, guru harus berupaya menciptakan kondisi lingkungan belajar yang dapat membelajarkan siswa, dapat mendorong siswa belajar, atau memberi kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif mengkonstruksi konsep-konsep yang dipelajarinya. Kondisi belajar dimana siswa/mahasiswa hanya menerima materi dari pengajar, mencatat, dan menghafalkannya harus diubah menjadi sharing pengetahuan, mencari (inkuiri), menemukan pengetahuan secara aktif sehingga terjadi peningkatan pemahaman (bukan ingatan). Untuk mencapai tujuan tersebut, pengajar dapat menggunakan pendekatan, strategi, model, atau metode pembelajaran inovatif. Pembelajaran berbasis masalah (Probelem-based learning), selanjutnya disingkat PBL.
Pembelajaran berbasis maslah secara umum merupakan pembelajaran berdasarkan masalah yang terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang otentik dan bermakna yang dapat memberikna kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. Menurut Dewey (dalam Sudjana 2001:19) belajar berdasarkan maslah adalah interaksi antara stimulus dengan respons merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secra efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik. Pengalaman siswa yang diperoleh dari lingkungan akan dijadikan bahan atau materi guna memperoleh pengertian serta bisa dijadikan pedoman dan tujuan belajarnya.
Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini mmbantu siswa untuk memperoleh informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembeljaran ini cocok untuk megembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks.
Menurut Arends (1997) dalam Trianto (2007) pengajaran berdasarkan masalah merupakan suatau pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan mksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. Model pembelajaran ini juga mengacu pada model pembelajaran yang lain seperti pembelajaran berdasarkan proyek, pembelajaran berdasarkan pengalaman, belajar otentik, dan pembelajaran bermakna.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar yang berfungsi sebagai pedoman guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran mengelola lingkungan pembelajaran dan mengelola kelas.

2. 2 Ciri-ciri Khusus Model Pembelajaran Based Learning
Menurut Arends (2001) dalam Trianto (2007:349) berbagai pengembangan pengajaran berdasarkan masalah telah memberikan model pengajaran itu memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.      Pengajuan pertanyaan atau masalah.
Bukannya mengorganisasikan di sekitar prinsip-prinsip atau keterampilan akademik tertentu, pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan yang dua-duanya penting secara sosial dan secara pribadi bermakna untuk siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata yang autentik, menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu.
2.      Berfokus pada keterkaitan antar disiplin.
Meskipun pembelajaran masalah berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, Matematika, ilmu-ilmu sosial), masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran. Sebagai contoh, masalah polusi yang dimunculkan dalam pelajaran di teluk Chesapeake mencakup berbagai subyek akademik dan terapan mata pelajaran seperti biologi, ekonomi, sosiologi, pariwisata dan pemerintahan.
3.      Penyelidikan autentik.
Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, dan membuat ramalan, mengumpul dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen jika diperlukan, membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan. Sudah barang tentu, metode penyelidikan yang digunakan, bergantung kepada masalah yang sedang dipelajari.
4.      Menghasilkan produk dan memamerkannya.
Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Produk tersebut dapat berupa transkrip debat seperti pada pelajaran ”Roots and wings”. Produk itu dapat juga berupa laporan, model fisik, video maupun program komputer. Karya nyata dan peragaan seperti yang akan dijelaskan kemudian, direncanakan oleh siswa untuk mendemonstrasikan kepada teman-temannya yang lain tentang apa yang mereka pelajari dan menyediakan suatu alternatif segar terhadap laporan tradisional atau makalah.
5.      Kolaborasi.
Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerja sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog  untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.

2.3 Tujuan Model Pembelajaran Based Learning
Tujuan model pembelajaran problem based learning adalah:
1)      Keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah.
Pembelajaran berbasis masalah ini ditujukan untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
2)      Pemodelan peranan orang dewasa
Bentuk pembelajaran berbasis masalah penting menjembatani gap antara pembelajaran sekolah formal dengan aktivitas mental yang lebih praktis yang dijumpai di luar sekolah. Berikut ini aktivitas-aktivitas mental di luar sekolah yang dapat dikembangkan adalah:
·         PBL mendorong kerja sama dalam menyelesaikan tugas
·         PBL memiliki elemen-elemen magang. Hal ini mendorong pengamatan dan dialog dengan yang lain sehingga peserta didik secara bertahap dapat memain peran yang diamati tersebut.
·         PBL melibatkan peserta didik dalam penyelidikan pilihan sendiri yang memungkinkan mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun tema/konsep tentang fenomena itu.
3)      Belajar Pengarahan sendiri (self directed learning)
Pembelajaran berbasis masalah berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus dapat menentukan sendiri apa yang harus dipelajari dan dari mana informasi harus diperoleh. Guru hanyalah pembimbing.
Berdasarkan rumusan yang terdapat dalam definisi tentang model pembelajaran based learning maka tujuan pembelajarannya adalah sebagai berikut:
·         Mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir kritis, analitis pada diri siswa dan untuk menemukan serta menggunakan sumber daya yang sesuai untuk belajar.
·         Membantu pebelajar (siswa belajar secara mandiri) dan percaya diri
·         Mengasah keterampilan berpartisipasi dalam tim

III.  Mengapa Model Pembelajaran Problem Based Learning
3.1 Teori
Teori-teori konstruktivis tentang belajar, yang melakukan pada kebutuhan pelajar untuk menginvestigasikan lingkungannya dan mengkonstruksikan pengetahuan yang secara personal berarti memberikan dasar teoritis untuk PBL. John Dewey dalam Democrazy and Education (1916) mendeskripsikan pandangan tentang pendidikan dengan sekolah sebagai cermin masyarakat yang lebih besar dan kelas menjadi laboratorium penyelidikan dan mengatasi masalah kehidupan nyata. Selain John Dewey para psikolog Eropa seperti Jean Piaget dan Lev Vigotsky banyak memberikan dukungan teoritis PBL. Mereka berpendapat bahwa anak memiliki sifat bawaan ingin tahu dan terus memahami dunia di sekitarnya. Pengalamannya ini akan mengkonstruksi di benaknya representasi-representasi tentang yang mereka alami. Ketika umur mereka bertambanh dan semakin banyak mendapat kapasitas bahasa dan ingatan representasi mereka tentnag dunia lebih rumit dan abstrak. Kebutuhan anak untuk memahami lingkungannya memotivasi mereka untuk menginvestigasikan dan mengkonstruksikan teori yang menjelaskannya.
Menurut Vigotsky seorang psikolog Rusia yang percaya bahwa intelek berkembang ketika individu menghadapi pengalaman baru dan membingungkan dan ketika mereka berusaha mengatasi diskrepansi yang timbul dari pengalaman-pengalaman baru itu. Dalam usaha menemukan pemahaman ini, individu menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya dan mengkonstruksikan makna baru. Vigotsky percaya bahwa interaksi sosial dengan orang lain memacu mengkonstruksikan ide-ide baru dan meningkatkan perkembangan intelektual pelajar. Salah satu ide kunci Vigotsky adalah konsepnya tentang  Zone of proximal development. Menurutnya pelajar memiliki dua tingkat perkembangan yang berbeda yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan konseptual. Tingkat perkembangan potensial adalah tingkat yang dapat difungsikan atau dicapai oleh individu dengan bantuan orang lain misalnya guru, orang tua atau temannya. Zona yang terletak diantara zona tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan konseptual dinamakan zone of proximal development.

3.2 Prinsip
Beragam model pembelajaran yang berkembang saat ini. Salah satunya adalah pembelajaran berdasarkan masalah atau problem based learning (PBL). Premis dasar PBL adalah belajar merupakan proses konstruksi pengetahuan baru yang berdasarkan pada pengetahuan terkini. Glaser (1991) menyebutkan bahwa belajar adalah proses yang konstruktif dan bukan penerimaan. Proses kognitif itu disebut juga metakognisi. Proses kognitif selalu mempengaruhi penggunaan pengetahuan, faktor-faktor sosial, dan kontekstual dalam pembelajaran.
Ada beberapa prinsip dalam PBL, yakni:
Prinsip 1. Belajar adalah proses konstruktif dan bukan penerimaan.
Pembelajaran tradisional didominasi oleh pandangan bahwa belajar adalah penuangan pengetahuan ke kepala pebelajar. Kepala pebelajar dipandang sebagai kotak kosong yang siap diisi melalui repetisi dan penerimaan. Pengajaran lebih diarahkan untuk penyimpanan informasi oleh pebelajar pada memorinya seperti menyimpan buku-buku di perpustakaan. Pemanggilan kembali informasi bergantung pada kualitas nomor panggil (call number) yang digunakan dalam mengklasifikasikan informasi. Namun, psikologi kogniitif modern menyatakan bahwa memori merupakan struktur asosiatif. Pengetahuan disusun dalam jaringan antar konsep, mengacu pada jalinan semantik. Ketika belajar terjadi informasi baru digandengkan pada jaringan informasi yang telah ada. Jalinan semantik tidak hanya menyangkut bagaimana menyimpan informasi tetapi juga bagaimana informasi itu diinterpretasikan dan dipanggil.
Prinsip 2. Knowing About Knowing (Metakognisi) Mempengaruhi Pembelajaran.
Prinsip kedua yang sangat penting adalah belajar adalah proses cepat, bila pebelajar mengajukan keterampilan-keterampilan self monitoring. Secara umum mengacu pada metakognisi. Metakognisi dipandang sebagai elemen esensial keterampilan belajar seperti setting tujuan (what am i going to do), startegi seleksi (how am i doing it) dan evaluasi tujuan (did it work?). keberhasilan pemecahan masalah tidak hanya bergantung pada pemikiran pengetahuan konten (body of knowledge) tetapi juga penggunaan pemecahan masalah untuk mencapai tujuan. Secara khusus keterampilan metakognitif meliputi kemampuan memonitor prilaku belajar diri sendiri yakni menyadari bagaimana suatu masalah dianalisis dan apakah hasil pemecahan masalah masuk akal?
Prinsip 3. Faktor-faktor Sosial Mempengaruhi Pembelajaran.
Prinsip ketiga ini adalah tentang penggunaan pengetahuan. Mengarahkan pebelajar untuk memiliki pengetahuan dan untuk mampu menerapkan proses pemecahan masalah merupakan tujuan yang sangat ambisius. Pembelajaran biasanya dimulai dengan penyampaian pengetahuan oleh pembelajar kepada pebelajar kemudian disertai dengan pemberian tugas-tugas berupa masalah untuk meningkatkan penggunaan pengetahuan. Faktor sosial juga mempengaruhi belajar individu. Glaser (1991) menjelaskan bahwa dalam kerja kelompok kecil pembelajar mengekspose pandangan alternatif adalah tantangan nyata untuk mengawali pemahaman. Dalam kelompok kecil pembelajar akan membangkitkan metode pemecahan masalah dan pengetahuan konseptual mereka. Mereka menyatakan ide-ide dan membagi tanggung jawab dalam mengatur situasi ataupun masalah.
Bertolak dari prinsip-prinsip pembelajaran di atas, pembelajaran berbasis maslah dapat ditelusuri melalui tiga aliran pemikiran pendidikan yaitu Dewey dan kelas demokratis, Piaget dan Vygotsky (konstruktivisme), dan belajar penemuan oleh Bruner.

3.3 Pendekatan-Pendekatan Model Pembelajaran Problem Based Learning
1)      Kurikulum
PBL tidak seperti pada kurikulum tradisional karena memerlukan suatu strategi sasaran di mana proyek sebagai pusat.
2)      Responsibility
PBL menekankan responsibility dan answerability para peserta didik ke diri dan panutannya
3)      Realisme
Kegiatan peserta didik difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan situasi yang sebenarnya. Aktivitas ini mengintegrasikan tugas otentik dan menghasilkan sikap profesional
4)      Active Learning
Menumbuhkan isu yang berujung pada pertanyaan dan keinginan peserta didik untuk menemukan jawaban yang relevan sehingga dengan demikian telah terjadi proses pembelajaran yang mandiri.
5)      Umpan Balik
Umpan balik meliputi diskusi, presentasi, dan evaluasi terhadap para peserta didik menghasilkan umpan balik yang berharga. Hal ini mendorong ke arah pembelajaran berdasarkan pengalaman.
6)      Keterampilan Umum
PBL dikembangkan tidak hanya pada keterampilan pokok dan pengetahuan saja tetapi juga mempunyai pengaruh besar pada keterampilan yang mendasar seprti pemecahan masalah, kerja kelompok, dan self management.
7)      Driving Questions
PBL difokuskan pada pertanyaan atau permasalahan yang memicu peserta didik untuk berbuat menyelesaikan permasalahan dengan konsep, prinsip, dan ilmu pengetahuan yang sesuai
8)      Constructive Investigations
Sebagai titik pusat, proyek harus disesuaikan dengan pengetahuan para peserta didik.
9)      Autonomy
Proyek menjadikan aktivitas peserta didik sangat penting

3.4 Manfaat Pembelajaran Problem Based Learning
Pengajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pembelajaran berdasarkan masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi pebelajar yang otonom dan mandiri (Ibrahim, 2000 dalam Trianto: 2007:70-71)
Menurut Sudjana dalam Trianto (2007:71) manfaat khusus yang diperoleh dari metode Dewey adalah metode pemecahan masalah. Tugas guru adalah membantu para siswa merumuskan tugas-tugas dan bukan menyajikan tugas-tugas pelajaran. Objek pelajaran tidak dipelajari dari buku tetapi dari maslaah yang ada di sekitarnya.






IV. Bagaimana Model Pembelajaran Problem Based Learning
4.1 Prosedur/Tahapan kerja Dari Model Pembelajaran Problem Based Learning
Pengajaran berdasarkan masalah terdiri dari lima (5) langkah utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Kelima langkah tersebut dijelaskan di bawah ini:
Tahap pertama, orientasi siswa pada masalah. Pada tahap ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih.
Tahap kedua, mengorganisasi siswa untuk belajar. Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengoragnisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Tahap ketiga, membeimbing penyelidikan individual maupun kelompok. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
Tahap keempat, mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
Tahap kelima, menganlisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalh. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Berdasarkan uraian tersebut tampak jelas bahwa pembelajaran dengan model PBL dimulai oleh adanya masalah (dapat dimunculkan oleh siswa atau guru), kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan aktif dalam belajar.
Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja kelompok sehingga dapat memberi pengalaman-pengalaman belajar yang beragam pada siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam kelompok, disamping pengalaman belajar yang berhubungan dengan pemecahan masalah seperti membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan data, menginterpretasikan data, membuat kesimpulan, mempresentasikan, berdiskusi, dan membuat laporan. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa model PBL dapat memberikan pengalaman yang kaya kepada siswa. Dengan kata lain, penggunaan PBL dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari sehingga diharapkan mereka dapat menerapkannya dalam kondisi nyata pada kehidupan sehari-hari.

4.2  Evaluasi Program Untuk menilai Keberhasilan Model Problem Based Learning
        Seperti halnya dalam model pembelajaran yang lain seperti model pembelajaran kooperatif, dalam model pengajaran berdasarkan masalah fokus perhatian pembelajaran tidak pada perolehan pengetahuan deklaratif, oleh karena itu tugas penialaian tidak cukup bila penilaiannya hanya dengan tes tertulis atau tes kertas dan pensil (paper and pencil test). Teknik penilaian dan evaluasi yang sesuai dengan model pembelajaran berdasarkan masalah adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan siswa yang merupakan hasil penyelidikan mereka.
Tugas asesmen dan evaluasi yang sesuai untuk model pembelajaran berdasarkan masalah terutama terdiri dari menemukan prosedur penilaian alternatif yang akan digunakan untuk mengukur pekerjaan siswa, misalnya dengan asesmen kinerja dan peragaan hasil. Asesmen kinerja dapat berupa asesmen melakukan pengamatan, asesmen merumuskan pertanyaan, asesmen merumuskan sebuah hipotesa dsbnya.
Berkaitan dengan penilaian program, penilaiannya dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional dan Dinas Pendidikan  secara berkesinambungan. Penilaian program dilakukan untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan model pembelajaran sebagaiamana yang telah ditetapkan serta sesuai dengan tuntutan perkembangan masyarakat, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan zaman.

V.  Kiat Keberhasilan
5.1 Kiat dan Saran Bagi Guru/Pihak Sekolah
Hal penting yang harus diketahui adalah bahwa guru perlu memiliki seperangkat aturan yang jelas agar pembelajaran dapat berlangsung tertib tanpa gangguan, dapat menangani prilaku siswa yang menyimpang secara cepat dan tepat, juga perlu memiliki panduan mengenai bagaimana mengelola kerja kelompok.
Salah satu masalah yang cukup rumit bagi guru dalam pengelolaan pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah adalah bagaimana menangani siswa baik individual maupun kelompok, yang dapat menyelesaikan tugas lebih awal maupun yang terlambat. Dengan kata lain kecepatan penyelesaian tugas tiap individu maupun kelompok berbeda-beda. Pada model pengajaran berdasarkan masalah siswa dimungkinkan untuk mengerjakan tugas multi (rangkap), dan waktu penyelesaian tugas-tugas tersebut dapat berbeda-beda. Hal tersebut mengakibatkan diperlukannya pengelolaan dan pemantauan kerja siswa yang rumit.
Dalam model pembelajaran berdasarkan masalah guru sering menggunakan sejumlah bahan dan peralatan, dan hal ini biasanya dapat merepotkan guru dalam pengelolaannya. Aturan dan prosedur yang jelas dalam pengelolaan, penyimpanan, dan pendistribusian bahan.
Selain itu yang tidak kalah pentingnya adalah guru harus menyampaikan aturan, tata krama, dan sopan santun yang jelas untuk mengendalikan tingkah laku siswa ketika mereka melakukan penyelidikan di luar kelas termsuk di dalamnya ketika melakukan penyelidikan di masyarakat.

5.2 Kiat Keberhasilan Dari Penataan Kelas
Model pembelajaran PBL pada umumnya berbentuk suatu proyek untuk diselesaikan oleh sekelompok siswa dengan bekerja sama. Dalam menerapkan PBL, siswa dimungkinkan bekerja dengan beragam material dan peralatan dan dalam pelaksanaannya bisa dilakukan di dalam kelas, di perpustakaan atau di laboratorium bahkan dapat pula dilakukan di luar sekolah. Oleh karena itu tugas mengorganisasikan sumber daya dan merencanakan kebutuhan untuk penyelidikan siswa haruslah menjadi tugas perencanaan yang utama bagi guru yang menerapkan pembelajaran berdasarkan pemecahan masalah.
Di bawah ini merupakan contoh implementasi model problem based learning dalam konteks pembelajaran AUD (tertera dalam rencana pembelajaran sentra seni).
Rencana Pembelajaran Sentra Seni
Tema               : Kebutuhanku
Topik               : Makanan dan MInuman
Waktu             :
Jumlah Siswa  : 12 orang
Tujuan:
1.      Anak mengenal beragam makanan dan minuman sesuai kebutuhan tubuh.
2.      Anak mampu menggunakan alat sesuai fungsi
3.      Anak mengenal kandungan zat yang terdapat dalam makanan dan minuman.
4.      Anak mengetahui fungsi dan manfaat kandungan zat dalam makanan bagi tubuh
5.      Anak bisa mengaplikasikan pemahaman materi saat bermain dalam sentra seni
6.      Anak mengetahui beragam lauk pauk
7.      Anak mampu menciptakan sesuatu yang berhubungan dengan makanan dan minuman dengan berbagai media.
8.      Anak mampu menggambar dan mewarnai
9.      Anak mampu menggunakan alat-alat dalam berkreasi sesuai kebutuhan
Media Guru:
·         Buku materi tentang kebutuhanku
·         Lagu
Media Anak:
·         Macam-macam peralatan gambar, seperti kertas gambar besar dan krayon.
·         Macam-macam peralatan seni: kertas oligami, lem, gunting.
Strategi:
1)      Motivasi:
·         Memperlihatkan gambar makanan dan minuman: sayuran, buah-buahan, daging, ikan, telur, dll.
·         Menyanyikan lagu dan teka teki.
2)      Kegiatan:
·         Kegiatan main yang mengalirkan materi tema “kebutuhanku” khususnya topik makanan dan minuman kepada anak untuk membangun konsep tentang kebutuhanku.
Ø  Menggmabr
Ø  Menempel
Ø  Merangkai
Prosedur:
·         Pijakan lingkungan main:
Guru menata alat dan bahan yang akan digunakan guru dan anak sesuai rencana.
·         Pijakan awal main:
Ø  Anak duduk membuat lingkaran, mengucapkan slam pembuka, berdoa, bernyanyi lagu tema yang ditentukan.
Ø  Diskusi tentang kebutuhan anak tentang makanan
Ø  Menggunakan koa kata baru dan memperagakan konsep-konsep yang tertuju pada proyek yang akan dibuat.
Ø  Bicara tentang aturan dan prosedur kerja
Ø  Memberi anak waktu: menginformasikan gagasan untuk mengerjakan proyek
·         Pijakan Individu saat main
Ø  Guru bergerak di antara anak, mengamati, mencatat interaksi main anak sesuai kebutuhan.
Ø  Guru memberi dukungan yang dibutuhkan anak saat berkarya
Ø  Guru menjaga dan membantu anak konsisten dengan urutan kerja
Ø  Berusaha untuk mendukung dalam keberhasilan interaksi anak.
Ø  Guru memberi pijakan untuk mengembangkan tahapan main anak
Ø  Menginformasikan fungsi makanan dan kandungannya.
Ø  Guru memberi tanda (aba-aba dengan waktu 10-20 menit) sebagai transisi untuk menghentikan kegiatan.
Ø  Beres-beres, anak diajak untuk menyimpan dan mengembalikan alat-alat pendukung ke tempat semula.
·         Pijakan Setelah Main
Ø  Guru mengajak anak-anak duduk bersama membuat lingkaran untuk Recaling.
Pertanyaan
1)      Sebutkan macam-macam makanan dan minuman.
2)      Apa manfaat makanan dan minuman bagi tubuh kita?
3)      Sebutkan kandungan yang terdapat dalam makanan dan minuman?
4)      Apa manfaat kandungan dalam makanan dan minuman?
5)      Apa peranan seseorang di sekitar lingkungan kita?
6)      Apa yang dimaksud dengan makan dan minum sesuai kebutuhan?
·         Evaluasi
Ø  Pengamatan langsung
Ø  Mencatat pencapaian tahapan main anak
Ø  Mencatat ungkapan, pertanyaan, dan pernyataan anak.





DAFTAR RUJUKAN



BUKU
Nasution, S. 2011. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
JURNAL
Prasetyo  Iis. 2012. Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Motivasi Berprestasi Warga Belajar Program Pendidikan Kecakapan Hidup.
Sugandi, Asep Ikin & Utari Sumarmo. 2010. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Setting Kooperatif Jigsaw Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Serta Kemandirian Belajar Siswa SMA.
TESIS
Pitadjeng.2008. Keefektifan Pembelajaran Berbasis Masalah Bernuansa Jigsaw Berbantuan CD pembelajaran Pada Penjumlahan Pecahan Di Kelas IV SD.